Ihsanudin, Suci (2020) Pelayanan Pinandita Pura Agung Jagat Natha Banjarmasin Sekitar Kelahiran dan Kematian. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (582kB)
	Text AWAL.pdf Download (1MB)
	Text ABSTARAK.pdf Download (203kB)
	Text BAB I.pdf Download (454kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (546kB)
	Text BAB III.pdf Download (451kB)
	Text BAB IV.pdf Download (473kB)
	Text BAB V.pdf Download (203kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (420kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (746kB)

ABSTRAK

Menurut penganut Hindu acara agama merupakan bentuk pelaksanaan ajaran Hindu yang didalamnya tercermin kegiatan, seharusnya manusia menunjukan rasa kasih dan bhakti kepada Tuhan (Hyang Widhi), kepada alam semesta, kepada sesama manusia, kepada leluhur/roh nenek moyang dan kepada orang-orang suci (Pandita atau Pinandita). Maka perlu adanya Manusia Yajna pada umat Hindu, yaitu perwujudan upakara-upakara yajna dari sejak manusia didalam kandungan sampai pada kelahirannya, jadi muncul upacara-upacara yang biasa dilakukan umat Hindu. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana rangkaian upacara dan pelayanan Pinandita dalam upacara kelahiran dan kematian di Pura Agung Jagat natha. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti pelayanan Pinandita Pura Agung Jagat natha mengenai kelahiran dan kematian yang mana dalam skripsi terdahulu belum ada yang mengangkat judul tersebut. . Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). sesuai dengan jenis penelitian maka teknik yang penulis lakukan adalah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap responden dan informan yang telah ditentukan. Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul maka, diuraikan secara deskriptif kemudian di analisis dengan menggunakan pendekatan Fenomenologi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan, bahwa pelayanan Pinandita Pura Agung Jagat natha Sekitar kelahiran dan kematian, dilaksanakan di pura dan di luar Pura, seperti upacara kelahiran seperti upacara tujuh bulanan (pangedong-gedongan), upacara bayi lahir (mapag rare), kepus puser, bayi 12 hari (ngelepas aon), upacara bayi berumur 42 hari (macolong, tutug kambuhan), bayi berumur 105 hari (nyambutin), bayi berumur 210 (ngotonin). Kemudian upacara kematian meliputi ngaben dan kreamasi. Pada kedua upacara ini Pinandita mempunyai pelayanan yang penting yaitu sebagai orang yang memimpin upacara dan memberikan arahan-arahan bagaimana pelaksanaan atau tata cara upacara dilakukan sesuai dengan ajaran Hindu. Dalam memimpin upacara. Pinandita membuat Tirtha suci terlebih dahulu meminta kepada Sang Hyang Widi sebelum memulai upacara, yang mana tirtha tersebut digunakan untuk mensucikan sesajen serta alat-alat upacara dan orang yang diupacarai. Untuk masalah sesajen dan alat biasanya disiapkan oleh pihak yang bersangkutan atau keluarga yang diupacarai. Setelah itu Pinandita menegemban tugasnya dalam upacara kelahiran dan kematian sampai dengan memberikan mantra atau doa-doa hingga berakhirnya upacara. Dalam upacara kelahiran dan kematian Pinandita memiliki batasan-batasan dalam pelayananannya untuk upacara kelahiran hanya sampai pada upacara ngotonin upacara bayi berumur 210 hari setelah itu bukan lagi tugasnya. Sedangkan untuk upacara kematian hanya sampai pada mendem sawa atau menguburkan mayat.

Actions (login required)

View Item