Nasir, Mohamad (2020) PERSEPSI ULAMA KOTA MARABAHAN TENTANG LAFAZH QOBUL DALAM AKAD NIKAH DAN IMPLIKASINYA. Tesis, Pasca Sarjana.

	Text (1) Pernyataan Keaslian Tulisan.pdf Download (220kB)
	Text (2) Awal_Tesis_MN.pdf Download (1MB)
	Text (3) Abstrak_Tesis_MN.pdf Download (115kB)
	Text (4) BAB I_Tesis_MN.pdf Download (914kB)
	Text (5) BAB II_Tesis_MN.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB)
	Text (6) BAB III_Tesis_MN.pdf Download (376kB)
	Text (7) BAB IV_Tesis_MN.pdf Download (1MB)
	Text (8) BAB V_Tesis_MN.pdf Download (233kB)
	Text (9) DaftarPustaka_Tesis_MN.pdf Download (262kB)
	Text (10) Lampiran_Tesis_MN.pdf Download (2MB)

ABSTRAK

Di Kota Marabahan, terjadi polemic tentang benar dan salahnya sebuah prosesi ijab Kabul di Kota Marabahan, yaitu pada redaksi kabul yang berbunyi Aku terima nikah dan kawinnya Fulanah …dst.” Qabul seperti itu dianggap tidak sah oleh sebagian ulama Kota Marabahan. Sehingga ini menarik untuk penulis teliti karena selain berpotensi meresahkan masyarakat karena paradigma yang dianut oleh masing-masing pengikutnya. Ulama Kota Marabahan menjadi ujung tombak bagaimana paradigma sighat akad, khususnya di redaksi Kabul yang diucapkan oleh mempelai laki-laki atau wakilnya. Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, dengan menggunakan pendekatan yuridis sosiologis. Karena lebih difokuskan untuk menghasilkan data dari institusi sosial yang riil dan fungsional tentang polemic tentang kesesuaian antara redaksi ijab dan kabul, selain itu pendekatan doctrinal, agar mendapatkan analisis fikih yang berkenaan dengan tema yang diteliti. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Dari penelitian yang penulis lakukan, bahwa terjadi dua pendapat tentang lafaz Kabul: saya terima nikahnya fulanah binti fulan, dengan mahar X, satu pendapat mendukung jenis lafazh tersebut karena sesuai dengan konsep fikih dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, sedangkan pendapat yang lain menyebutkan bahwa lafazh tersebut tidak sesuai dengan kaidah lughawiah, karena lafazh Kabul tersebut dianggap yang menikahi adalah perempuan, padahal menurut mereka seharusnya mempelai laki-lakilah yang harus menikahi. Menurut pendapat ini, maka lafazh Kabul tersebut berimplikasi atas tidak sahnya sebuah pernikahan. Implikasi perbedaan pendapat ini adalah terjadi keresahan dalam masyarakat, terlihat dari diskusi-diskusi tanpa literasi yang berlangsung dan belum menemukan titik temunya.

Actions (login required)

View Item