Ne’mah, Rusdi (2015) Tradisi Rokkat Gunung Sambung Di Desa Madurejo Kecamatan Sambung Makmur Kabupaten Banjar. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

Preview	Text BAB I.pdf Download (378kB) | Preview
Preview	Text BAB IV.pdf Download (223kB) | Preview

ABSTRAK

Masalah ini diangkat karena disinyalir dari kepercayaan sebagian Desa Madurejo yang pada mulanya merupakan masyarakat asli suku Madura.Pada umumnya mereka sangat menjunjung tinggi ajaran Islam yang disampaikan oleh para Kiai.Dimana kepercayaan dan tradisi yang mereka praktekkan sekarang mengandung kesakralan yang terdapat dalam Tradisi Rokkat Gunung Sambung ini, sehingga perlu diadakan penelitian. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana Gambaran pelaksanaan Tradisi Rokkat Gunung Sambung, motivasi dan tujuan pelaksanaan tradisinya dan bertahannya. Metode Penelitian: penelitian ini merupakan penelitian lapangan bersifat deskriftif kualitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di atas Gunung Sambung Desa Madurejo Kecamatan Sambung Makmur Kabupaten Banjar.Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang melaksanakan dan mentradisikan kegiatan tradisi rokkat, undangan, maupun pemimpinnya. Objek dalam penelitian ini berkenaan dengan proses pelaksanaan Tradisi Rokkat Gunung Sambung meliputi perlengkapan, tempat tradisi, waktu pelaksanaan tradisi, benda-benda, serta peralatan tradisi, motivasi dan tujuan yang ingin dicapai dari pelakanaan tradisi tersebut. Data yang digali terdiri dari data primer dan data sekunder. Penggalian data dengan teknik observasi non partisifan, teknik wawancara: wawancara pendahuluan dan wawancara mendalam dan teknik dokumentasi. Prosedur pengumpulan data dengan koleksi data, editing data, klasifikasi data dan interpretasi data.Analisis data dengan menggunakan teknik yaitu melakukan pemilahan data dan pemberian kode data, melakukan konfirmasi data dan pendalaman data, dan melakukan analisis data. Analisis data kemudian dilakukan dalam dua hal yaitu: menganalisis berlangsungnya suatu fenomena sosial dan menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu dengan menggunakan pendekatan Fenomenologi dan Antropologi. Tradisirokkat tersebut dilaksanakan setahun sekali.Ketika peneliti terjun ke lapangan, mereka mengadakan pada tanggal 15 Rabiul Akhir.Tempat pelaksanaannya adalah diatas Gunung Sambung.Ketika melakukan wawancara sebelumnya tradisi ini telah ditetapkan tanggal pelaksanaannya yaitu tanggal 10, 11, 12, 13, 14, 15 Rabiul Akhir merupakan tanggal-tanggal yang sudah ditetapkan untuk melaksanakan Tradisi Rokkat Gunung Sambung oleh pemberi wasiat. Jadi, terserah tanggal berapa akan dilaksanakan rokkatan ini. Tradisi rokkat tersebut dihadiri oleh tokoh masyarakat setempat, para undangan dan para keluarga sipelaksana tradisi. Dalam tradisi tersebut terdapat sesajen yang disiapkan oleh pelaksana tradisi untuk tokoh gaib dan makanan untuk dimakan oleh orang-orang yang mengikuti ataupun berhadir dalam pelaksanaan Tradisi Rokkat Gunung Sambung, dimana makanan tersebut mengandung makna tertentu dan makanan itu harus memenuhi syarat tertentu yang sudah ditetapkan oleh para pemberi wasiat untuk melaksanakan tradisi rokkat. Pada pelaksana tradisi rokkat tersebut dibacakan doa selamat oleh tokoh agama. Yang memotivasi pelaksanaan tradisi rokkat tersebut disebabkan karena faktor kepercayaan: kepercayaan terhadap binatang, kepercayaan terhadap makhluk-makhluk gaib, kepercayaan terhadap sesajen dan bahan makanan. Ungkapan penghormatan dan terima kasih, faktor adanya rasa khawatir atau takut. Tujuan tradisi rokkat adalah supaya tidak mengganggu dan merusak hasil alam sekitar, untuk mempertahankan adat tradisi rokkat yang telah diwasiatkan oleh Mbah Sariban, untuk menghindari segala malapetaka yang terjadi di Desa Madurejo, untuk mempertahankan adat tradisi rokkat yang telah diwasiatkan oleh Mbah Sariban. Dari hasil penelitian yang dilakukan dilokasi penelitian, diketahui didalam Tradisi Rokkat ini dalam kegiatan maupun waktu dan tempat mempunyai makna Yang Sakral dan Yang Profan serta terdapat unsur Animisme didalamnya bahkan Kebudayaan yang mereka praktekkan dimaknai dari suku asal yaitu suku Madura pada umumnya. Bahkan kepercayaannyapun masih bercampur Hindu-Buddha.Lantas perbuatan tersebut jauh dipungkiri bahwa suku Madura yang dikenal sangat menjunjung tinggi keislaman yang disampaikan oleh para Kiai masih mengikuti agama yang bukan berasal dari Islam.Dalam proses yang dilakukan terdapat tabu dan mempunyai totem (lambang) dari makanan yang disuguhkan untuk tokoh gaib dan para undangan serta peralatan yang disediakan mengandung makna tertentu.

Actions (login required)

View Item