Ilmi, Bahrul (2009) Hurmah al-Mushaharah Akibat Perzinaan (Studi Perbandingan antara Pendapat Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi'i). Skripsi, Syariah Dan Ekonomi Islam.

Preview	Text BAB I.pdf Download (205kB) | Preview
Preview	Text BAB III.pdf Download (409kB) | Preview

ABSTRAK

Bahrul Ilmi, 2009. “Hurmah al-Mushaharah Akibat Perzinaan (Studi Perbandingan antara Pendapat Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi'i)". Skripsi Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syariah. Pembimbing:(I) Dra. Nadiyah Khalid, MH (II) H. Badrian, M.Ag. Penelitian ini dilatar belakangi oleh terjadinya perbedaan pendapat antara mazahab Hanafi dan mazhab Syafi'i dalam memandang apakah perzinaan menyebabkan diberikannya status mahram kepada masing-masing pelaku zina terhadap garis keturunan. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan survey kepustakaan dan studi literatur. Hasilnya diolah dengan teknik editing, kategorisasi dan interpretasi, selanjutnya dianalisis secara komparatif. Dari hasil penelitian diperoleh: Pertama; menurut mazhab Hanafi, perzinaan menyebabkan hurmah al-mushaharah, sedangkan menurut mazhab Syafi`i perzinaan tidak menyebabkan hurmah al-mushaharah. Kedua; pendapat mazhab Hanafi berdasarkan surah an-Nisa ayat 22 yang mereka pahami. Alasannya: 1), arti nikah adalah setubuh dan arti metaforisnya ialah akad. Jadi, ayat ini adalah melarang dengan tegas untuk menikahi wanita yang telah disetubuhi oleh bapak secara mutlak keseluruhannya; 2), perzinaan secara rasio menyatakan zina itu menyebabkan keharaman yang digantungkan pada persetubuhan secara umum, tanpa memandang halal atau haram, karena kutukan dalam ayat tersebut ditujukan pada persetubuhan. Mazhab Syafi'i berpendapat, perzinaan itu tidak mengakibatkan hurmah al-mushaharah. Sedangkan mazhab Syafi`i mendasarkan pendapat mereka pada surah an-Nisa ayat 24 yang mereka pahami. Alasannya karena: 1), status wanita yang dizinahi oleh laki-laki tersebut bukan termasuk kategori perempuan-perempuan atau orang-oraang yang haram untuk dinikahi, 2), perzinaan merupakan perbuatan yang haram dan terkutuk, sehingga tidak pantas mendapatkan hurmah al-mushaharah, 3), arti nikah aslinya ialah akad yang menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan wanita, karena itu, akad nikah berfungsi membolehkan suami menyetubuhi istrinya. 4), perzinaan itu tidak menyebabkan adanya keturunan yang sah, maka anak zina itu bukanlah anak dari laki-laki melainkan anak dari ibunya. Dari hasil analisis bahwa suatu lafazh yang mempunyai arti asli lebih dari satu arti seperti kata nikah, sehingga menjadi mujmal. Karenanya secara akal tidak dapat diterima berlakunya hukum terhadap si bapak dimana ia tidak boleh mengawini wanita yang dizinahi oleh si anak atau sebaliknya, karena hukum itu bisa berlaku timbal balik. Dari segi keluhuran budi, segi kepantasan dan prinsip ihtiyath, bahwa tidak dibenarkan untuk membolehkan bagi si bapak untuk menikahi wanita yang jelas-jelas telah disetubuhi oleh si anak jika telah dianggap bahwa agama telah melarang si anak, secara nash untuk menikahi wanita yang telah disetubuhi oleh si anak. Apalagi daging dan darah yang mengalir pada anak perempuan hasil perzinaan tersebut adalah berasal dari darah laki-laki yang berzina dengan ibunya tersebut, maka sungguh kurang pas untuk dilakukan meskipun mezhab Syafi'i membolehkannya.

Actions (login required)

View Item