Jamaliah, Jamaliah (2023) Makna Hirâbah dalam Al-Qur'an: Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.pdf Download (842kB)
	Text AWAL.pdf Download (1MB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (205kB)
	Text BAB I.pdf Download (298kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (435kB)
	Text BAB III.pdf Download (459kB)
	Text BAB IV.pdf Download (536kB)
	Text BAB V.pdf Download (207kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (220kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (78kB)

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji kata hirâbah dalam Al-Qur'an dengan menggunakan metodologi semantiknya Toshihiko Izutsu. Pada era kontemporer ini, definisi hirâbah digambarkan dengan makna yang lebih umum, yaitu tidak terbatas pada membawa senjata dan merampas harta di jalan saja, akan tetapi segala tindakan yang mengganggu, merusak dan merugikan bagi masyarakat seperti korupsi, kekerasan seksual dan terorisme juga dikatakan sebagai hirâbah. Menurut penulis seiring dengan bertambahnya problematika di masyarakat, definisi hirâbah mungkin akan semakin meluas. Maka dari itu, fenomena pemaknaan dan penggunaan kata hirâbah ini penting untuk dikaji, agar dapat diketahui bagaimana makna hirâbah yang dimaksudkan oleh Al-Qur'an. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu dengan mendeskripsikan data-data dari ayat-ayat AlQur'an terkait kata hirâbah yang ditemukan secara apa adanya. Data-data tersebut kemudian didekati dan dianalisis dengan teori semantik Toshihiko Izutsu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan makna hirâbah dalam Al-Qur'an dan menerangkan bagaimana makna hirâbah dalam Al-Qur'an perspektif semantik Toshihiko Izutsu. Kajian ini menemukan bahwa kata hirâbah dalam konteks Al-Qur'an mempunyai makna dasar perang. Kemudian pada penelusuran makna relasionalnya, secara sintagmatik kata hirâbah berelasi dengan kata Allâh, fa'dzanû, fasyarrid bihim, kullamâ auqadû nâra dan hattâ tadha’a. Sedangkan secara paradigmatik, kata hirâbah (haraba) berantonim dengan kata al-salm/al-silm ‘perdamaian/ketentraman’ dan bersinonim dengan kata al-qitâl, al-mu’âdâh, almuhâddah, yang memiliki kesamaan konsep dengan kata hirâbah (haraba) dari makna perang/memerangi, musuh/memusuhi, menentang/durhaka/tidak taat. Dalam perkembangnya, kata hirâbah pada masa pra-Qur'anik bermakna ‘peperangan yang dahsyat dan menggetarkan jiwa’ atau kadang-kadang digunakan untuk sesuatu yang berhubungan dengan jinâyah (kejahatan) yang berupa perampokan, namun hanya sebatas jinâyah yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan Allâh dalam konsep Islam. Sedangkan pada masa Qur'anik kata hirâbah bermakna perang, memerangi/memusuhi dengan makna lughawî-nya, perang sebagai ancaman siksa dari Allah dan secara khusus maknanya adalah merampok/menjarah, di mana pada masa ini kata hirâbah (haraba) erat kaitannya dengan hukum Islam. Kemudian, pada masa pasca-Qur'anik kata hirâbah membangun konsep yang lebih luas dan lebih dikenal dengan istilah kunci kosakata hukum Islam. Yang terakhir, kajian ini menghasilkan weltanschauung (paradigma) yang kembali pada konsepsi ketuhanan dan konsepsi manusia. Dalam konsepsi ketuhanan, derivasi hirâbah berhubungan dengan pembangkangan terhadap Allah, vii yakni dengan makna durhaka/tidak taat. Sedangkan pada konsepsi manusia, derivasi hirâbah dalam Al-Qur'an bermakna perang, peperangan dan memerangi, baik memerangi orang-orang Yahudi maupun memerangi orang-orang kafir.

Actions (login required)

View Item