Akbar, Ali (2024) Pandangan Ulama terhadap Kepercayaan dan Perilaku Masyarakat dalam Tradisi Balabuh Sasaji Buaya Karamat Desa Sungai Bakung Kabupaten Banjar. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (144kB)
	Text AWAL.pdf Download (1MB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (128kB)
	Text BAB I.pdf Download (359kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (223kB)
	Text BAB III.pdf Download (165kB)
	Text BAB IV.pdf Download (297kB)
	Text BAB V.pdf Download (64kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (144kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (4MB)

ABSTRAK

Di Desa Sungai Bakung tepatnya di RT 4 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar masih terdapat tradisi kepercayaan balabuh sasaji buaya karamat yang merupakan warisan dari Datu bubuhan Sungai Bakung. Tradisi ini sudah sangat lama dilaksanakan oleh seluruh keluarga yang mempunyai garis keturunan dengan Datu bubuhan tersebut. Tradisi ini wajib dilaksanakan setiap awal tahun baru Islam. Dalam syariat Islam ajaran ini tidak ada, namun para ulama/tokoh agama berbeda pendapat dalam menyikapi tradisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan ulama atau tokoh agama terhadap kepercayaan dan perilaku masyarakat terhadap balabuh sasaji, dan simbol yang digunakan dalam tradisi balabuh sasaji buaya karamat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif dan pendekatan antropologi. Subjek dalam penelitian ini adalah ulama atau tokoh agama, dan keluarga besar Desa Sungai Bakung RT 4. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa kepercayaan dan perilaku masyarakat dalam tradisi balabuh sasaji buaya karamat adalah tradisi warisan turun-temurun dari Datu bubuhan Sungai Bakung yang wajib dilaksanakan. Kemudian simbol dalam balabuh sasaji yang disiapkan dalam upacara ini ada yang wajib ada dan sebagai pelengkap. Simbol dalam bentuk sasaji yang wajib ada yaitu: lakatan putih dan kuning yang sudah dimasak, telor ayam dan bebek 2 biji disajikan dalam satu wadah kecil dan disusun rapi. Kemudian simbol dalam bentuk sasaji pelengkap yaitu pisang mahuli, kambang barenteng, tapung tawar, baras kuning, wasi tuha, menyan, kopi pahit dan manis dan beberapa macam wadai (jumlah tidak dibatasi). Selanjutnya pandangan ulama terhadap tradisi tersebut terbagi menjadi 3 pandangan, yaitu membolehkan, tidak membolehkan (haram) serta tidak membolehkan (tabzir/mubadzir). Pandangan yang membolehkan karena diniatkan memberi makanan kepada binatang/hewan dengan niat sedekah, baik yang ada di dalam air maupun dataran. Kemudian pandangan yang tidak membolehkan (haram), karena balabuh ini tidak ada dalam syariat Islam dan juga Rasulullah saw tidak mengajarkan hal-hal semacam itu. Kemudian pandangan ulama yang tidak membolehkan (tabzir/mubadzir) karena dianggap membuang- viii buang atau sifatnya mubadzir. Juga bisa mengarah pada syirik karena mempercayai dengan balabuh ini bisa menghilangkan penyakit atau gangguan dari makhluk halus (jin). Semua pandangan ulama atau tokoh agama tersebut merujuk pada referensi kitab yang mereka pahami.

Actions (login required)

View Item