Lukmawati, Melly (2024) Tabarruk Benda di Desa Sungai Rangas Tengah Kabupaten Banjar. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (190kB)
	Text AWAL.pdf Download (867kB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (175kB)
	Text BAB I.pdf Download (312kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (427kB)
	Text BAB III.pdf Download (223kB)
	Text BAB IV.pdf Download (341kB)
	Text BAB V.pdf Download (144kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (202kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (2MB)

ABSTRAK

Pemahaman mengenai tabarruk masih sering diperdebatkan. Banyak kalangan yang menganggap semua tabarruk adalah haram dan menyesatkan, namun sebaliknya ada pula yang membolehkan. Apa yang terjadi pada masyarakat Desa Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar juga menjadi bahan pembicaraan, karena mereka melakukan tabarruk dengan mengambil berkah dari benda bertuliskan ayat Al-Qur’an yang terdapat di Desa tersebut. Mereka juga mengambil berkah dari para ulama yang dianggap orang sebagai bagian dari tabarruk benda. Meski demikian, pemahaman masyarakat terhadap tabarruk benda masih terbilang minim sehingga perselisihan pemahaman terkadang tidak memiliki dasar yang kuat. Oleh karena itu perlu adanya kajian mendalam mengenai tabarruk benda dari perspektif ulama Ahl al-Sunnah wa al�Jamâ’ah Sayyid Muẖammad bin ‘Alawî al-Mâlikî. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian lapangan (field research), dan pendekatan deskriptif guna menggambarkan suatu fenomena secara detail. Proses pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Data-data penelitian yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan teori konsep tabarruk Sayyid Muẖammad bin ‘Alawî al-Mâlikî. Penelitian ini menemukan dua hal. Pertama, tabarruk benda di Desa Sungai Rangas Tengah yang dilakukan oleh masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu tabarruk terhadap benda yang memiliki keterkaitan dengan Al-Qur’an atau kedekatan dengan Allah Swt., dan tabarruk terhadap benda yang tidak memiliki keterkaitan dengan Al-Qur’an sehingga hanya dilihat dari keindahan atau nilai sejarahnya. Kedua, dalam analisis Sayyid Muẖammad bin ‘Alawî al-Mâlikî, dihasilkan dua kategori tabarruk terhadap benda yaitu tabarruk yang dibolehkan Islam karena tidak bertentangan dengan akidah, seperti benda yang bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an dan tabarruk terhadap para ulama yang berilmu tinggi. Adapun tabarruk yang tidak dibolehkan karena bertentangan dengan akidah, seperti batu giok, samurai, dan teko yang dikeramatkan yang seluruhnya terdapat di Desa tersebut

Actions (login required)

View Item