Mansyur, M. Zaini (2015) Pemahaman Hadis tentang Puasa Asyura. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

Preview	Text BAB I.pdf Download (511kB) | Preview
Preview	Text BAB III.pdf Download (715kB) | Preview

ABSTRAK

M. Zaini Mansyur, 1101421140, Pemahaman Hadis tentang Puasa Asyura, di bawah bimbingan Drs. H. Ahd.Zamani, M. Ag. dan Dra. Hj. Noor’ainah, M. Fil. I. Kata Kunci: Pemahaman, PuasaAsyura. Puasa merupakan suatu ibadah yang sangat dimuliakan, karena amal ibadah puasa itu tidak seperti ibadah-ibadah lainnya. Setiap orang yang berpuasa akan diberikan ganjaran pahala yang tidak dapat ditentukan besarannya, karena puasa milik Allah swt dan yang memberikan pahala hanyaAllah swt. Setiap agama memilki ibadah puasa, hanya saja bentuk pelaksanaan dan tujuannya yang berbeda. Seperti halnya puasa Asyura. Puasa Asyura tidak hanya dilakukan oleh kaum muslimin saja akan tetapi puasa Asyura juga dilakukan oleh kaum Yahudi pada masa Jahiliyyah pada masa dulu. Dari sinilah penelitian ini berangkat, yakni berusaha untuk mengetahui dan mencari pemahaman (fiqh al-hadīts) secara tekstual dan kontekstual tentang puasa Asyura. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan sumber-sumber data literatur yang terkait. Metode yang digunakan adalah deskriftif dengan pendekatan fiqh al-hadīts. Dengan metode deskriftif, penulis berusaha menggambarkan suatu topik secara lebih detail, utuh, dan sistematis. Adapun langkah-langkahnya: 1)Menentukan tema hadis dalam penelitian. 2)Menghimpun hadis-hadis yang terkait dengan tema Asyura. 3)Mengumpulkan sejumlah bahan dan referensi yang terkait dengan tema yang diteliti. 4)menganalisa hadis-hadis tersebut melalui pemahaman ulama yang tercantum dalam kitab-kitab syarah hadis, termasuk menganalisa dengan melihat petunjuk Alquran serta situasi dan kondisi pada masa Nabi saw dan masa sekarang. 5)Menyimpulkan hasil penelitian. Setelah dilakukan penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut: a. Sejarah puasa Asyura, puasa ini pada awalnya adalah berbentuk wajib, karena hanya puasa Asyuralah yang diperintahkan Nabi saw. Puasa Asyura awal pelaksanaannya pada tahun ke-2 H, pada tahun ini pula turun perintah kewajiban puasa Ramadhan. Sehingga kewajiban puasa Asyura hanya pada tahun itu saja dan pada tahun berikutnya hanya sebagai suatu iabadah sunnah dan hanya anjuran saja. b. Secara tekstual, hadis tentang puasa Asyura terdapat pada Kutub at-Tis’ah, hadis-hadisnya berkualitas shahih. Kemudian hadis anjuran puasa Asyura sebelum difardhukannua puasa Ramadahan dan sesudah difardhukannya puasa Ramadhan juga memiliki kedudukan sebagai hadis shahih Dalam pemaknaan berdasarkan bahasa hadis ini adalah anjuran untuk berpuasa pada hari Asyura. Adapun hadis tersebut ada perbedaan lafal matan, namun tidak membawa kepada perbedaan makna. Adapun Secara kontekstual, ditinjau dari segi pemahaman sebagai suatu ibadah yang wajib pada awal diperintahkannya. Kemudian pada tahun itupula turun akan kewajiban puasa Ramadhan, maka kedudukan puasa Asyura hanya sebagai anjuran oleh Nabi Muhammad saw, bukan suatu ibadah wajib karena puasa Asyura telah dihapus akan kewajibannya dan hanya berkedudukan sebagai puasa sunnah. Kemudian untk penentuan hari untuk berpuasa Asyura adalah pada awal diperintahkannya puasa Asyura adalah berpuasa pada hari kesepuluh bulan Muharram. Maka pada tahun selanjutnya ada kekhawatiran para sahabat puasa mereka dikatan mengikuti puasanya orang-orang Yahudi pada waktu, maka Nabi saw berkeinginan apabila Beliau diberikan umur panjang maka Beliau berpuasa pada hari kesembilannya bulan Muharram, akan tetapi sebelum masa itu datang Nabi saw lebih dahulu meninggal dunia, sehingga pelaksanaan dimasyarakat agar tidak keliru maka hal yang paling dianjurkan adalah berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh bulan Muharram. Kemudian alangkangkah lebih baiknya lagi berpuasa pada hari kesembilan, kesepuluh dan kesebelas bulan Muharram. Maka hal demikian tidak ada kekeliruan lagi dalam pelaksanaan hari yang tepatnya.

Actions (login required)

View Item