Maulida, Maulida (2014) Mitos Sanja Kuning (Studi Pandangan Hidup Masyarakat Kalimantan Selatan). Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora.

Preview	Text Bab I.pdf Download (190kB) | Preview
Preview	Text Bab IV.pdf Download (162kB) | Preview

ABSTRAK

Maulida: 1001431049, Mitos Sanaja Kuning (Studi Pandangan Hidup Masyarakat Kalimantan Selatan), Skripsi, Jurusan Akidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora. Pembimbing I Dr. Fatrawati Kumari, M. Hum. dan Pembimbing II Abdul Hakim, M. Ag. Penelitian ini bertolak dari permasalahan tentang fenomena sanja kuning yang ada di masyarakat Kalimantan Selatan. Menurut pemahaman masyarakat fenomena sanja kuning memiliki mitos, yaitu sesuatu yang dipercayai masyarakat dapat mendatangkan malapetaka atau pertanda yang tidak baik, seperti terkena penyakit sangga, angin pidara dan berbagai larangan lainnya. Claude Levi-Strauss merupakan salah satu filsuf strukturalis yang mengkaji persoalan mitos. Mitos menurut Claude Levi-Strauss memiliki struktur tersendiri, sehingga peneliti merasa tertarik untuk mengkaji mitos sanja kuning di Kalimantan Selatan menggunakan teori mitos Claude Levi-Strauss dengan teori mitos. Pokok permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana mitos sanja kuning yang ada di Kalimantan Selatan. 2) Bagaimana mitos sanja kuning menurut teori mitos Claude Levi-Strauss. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dengan responden tokoh masyarakat yang diambil dari 3 sampel, yaitu kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Teknik yang digunakan adalah interview (wawancara), kemudian data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Dari penelitian yang dilakukan tentang mitos sanja kuning di Kalimantan Selatan dengan menggunakan analisis teori mitos Claude Levi-Strauss, diperoleh hasil yaitu: Pertama, mitos sanja kuning dalam sejarah. Pemahaman tentang mitos sanja kuning ini dipahami secara turun temurun dalam masyarakat. Dimulai dari kerabat tertua yaitu dari datuk, kakek-nenek, ayah-ibu, anak-cucu sampai sekarang. Kedua, mitos sanja kuning sebagai bahasa, pemahaman mitos sanja kuning dalam bahasa perlu diuraikan dalam bentuk langue dan parole, karena mitos sanja kuning sudah menjadi bahasa bersama. Masyarakat memahami mitos sanja kuning melalui tuturan atau bahasa yang dipelihara secara turun temurun. Ketiga, struktur mitos sanja kuning, mitos sanja kuning memiliki struktur tersendiri, dimulai dari tingkatan tertinggi, seperti pemuka adat, kemudian turun ke masyarakat luas. Dalam lingkup keluarga dimulai dari keluarga atas sampai kepada bawahannya. Keempat, mitos dan nilai sosial dalam masyarakat, dalam hal ini mitos sanja kuning dipahami sebagai sesuatu yang bernilai sakral dan bernilai tabu.

Actions (login required)

View Item