Mutmainah, Mutmainah (2020) Kematian Menurut Perspektif M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (271kB)
	Text AWAL.pdf Download (1MB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (135kB)
	Text BAB I.pdf Download (316kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (345kB)
	Text BAB III.pdf Download (450kB)
	Text BAB IV.pdf Download (483kB)
	Text BAB V.pdf Download (231kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (232kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (173kB)

ABSTRAK

Kunci: Kematian, Tafsir Al-Mishbah Umur yang panjang dan kesehatan jasmani merupakan nikmat Allah yang sangat mahal. Sangat disayangkan jika dalam menjalani kehidupan di dunia ini manusia tidak dapat memanfaatkan umur dengan baik hingga datangnya kematian. Maka akan menjadi manusia yang merugi. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk menelaah lebih jauh mengenai kematian manusia menurut perspektif M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah. Dituangkan dalam rumusan masalah sebagai berikut: (1) 1. Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat tentang kematian dalam Tafsir al-Mishbah? (2) Bagaimana konsep kematian menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah? Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dengan sifat penelitiannya deskriptif. Adapun data yang digunakan berasal dari penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah sebagai data primer dan sumber- sumber lainnya yang menunjang sebagai data sekunder. Kemudian data-data tersebut di analisis dan diambil kesimpulan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kematian dalam al-Qur’an bukan saja disebutkan dengan kata maut, lebih dari itu setidaknya disebutkan dengan beberapa kata sebagai berikut: Pertama menggunakan kata maut mendeskripsikan bahwa mati adalah pintu gerbang menuju alam akhirat. Kedua menggunakan kata ajal yang memiliki makna batas waktu atau batas umur manusia. Ketiga menggunakan kata wafat yang bermakna sempurna sehingga seorang yang mati berarti telah menyempurnakan umurnya. Keempat menggunakan kata raja’a atau râji’ûn yang bermakna kembali sehingga pada dasarnya manusia telah mengenal tempat tersebut. Kelima menggunakan kata yaqîn bermakna sesuatu yang diyakini kepastiannya sehingga suka tidak suka setiap yang bernyawa mesti menemui kematian. Kemudian yang keeanam menggunakan kata syahîd atau syuhadâ’ bermakna menyaksikan atau hadir yakni disaksikan bahwa orang tersebut merupakan orang pilihan dan kematian sepeerti ini adalah sebuah kemuliaan. Adapun kematian menurut Quraish Shihab berawal dari konsep umur bahwa manusia memiliki andil dalam ketetapan panjang atau pendeknya umur mereka. Sehingga manusia dapat berupaya untuk memperpanjang umurnya. Kemudian kematian itu sendiri adalah sesuatu yang diyakini pasti terjadi berupa terpisahnya ruh dan jasad untuk kembali ke sisi Tuhan yang terjadi pada saat waktu yang telah ditentukan untuk menyempurnakan umur yang diberikan. Dengan mengetahui perihal kematian yang berarti bahwa seseorang memiliki batas waktu, maka sudah semestinya untuk tidak merasa takut, akan tetapi justru sebaliknya menjadikan kematian sebagai motifasi untuk berbuat kebaikan.

Actions (login required)

View Item