Naimah, Zahratun (2010) Perjanjian Hudaibiyah Oleh Rasulullah SAW. Dalam Perspektif Siyasah Syar'iyyah. Skripsi, Syariah Dan Ekonomi Islam.

Preview	Text BAB I.pdf Download (286kB) | Preview
Preview	Text BAB III.pdf Download (334kB) | Preview

ABSTRAK

Zahratun Naimah, 2010. “Perjanjian Hudaibiyah Oleh Rasulullah SAW. Dalam Perspektif Siyasah Syar'iyyah". Skripsi Jurusan Siyasah Jinayah, Fakultas Syariah. Pembimbing: (I) Drs.Jalaluddin, M.Hum (II) Sa’adah, S.Ag, MH. Latar belakang penelitian ini adanya konflik dan rasa kebencian mendalam dari orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah SAW. dan kaum muslimin, sehingga melahirkan perjanjian Hudaibiyah yang dianggap merugikan kaum muslimin. Namun ternyata sebaliknya posisi umat Islam memperoleh keuntungan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: mengetahui kondisi politik sebelum terjadinya perjanjian Hudaibiyah, kondisi politik dan prospek umat Islam setelah penandatanganan perjanjian Hudaibiyah. Jenis penelitian ini adalahpenelitian kepustakaan (library research) yang bersifat studi literatur. Untuk menggali datanya digunakan teknik survey kepustakaan dan studi literatur. Selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Data yang diperoleh bahwa: kondisi politik sebelum terjadinya perjanjian Hudaibiyah, ialah dilatarbelakangi konflik dan rasa kebencian mendalam dari orang-orang Quraisy terhadap Nabi dan pengikutnya, yang mengira akan tersia-sia di Madinah. Namun pemikiran mereka meleset, justeru umat Islam semakin berkembang. Karenanya, dengan kekerasan hati mereka berusaha menghambat kaum muslimin ketika akan menunaikan ibadah umrah di desa Hudaibiyah, yang semata-mata ketakutan akan kehilangan muka dikalangan para pemuka Arab lainnya. Sebab secara politik, jika dibolehkan umat Islam menunaikan ibadah haji dan umrah, maka sama saja dengan orang-orang Quraisy telah takluk di tangan umat Islam. Kondisi politik ketika penandatanganan perjanjian Hudaibiyah oleh Rasulullah SAW. ternyata memang cukup krusial karena Nabi kurang mendapat dukungan dari orang-orang muslim yang menyaksikan perjanjian tersebut. Konsekuensinya, umat Islam memang kecewa, karena isi perjanjiannya dipandang merugikan umat Islam dan prospek umat Islam akan suram. Namun fakta kemudian berbicara, setelah perjanjian tersebut maka prospek kehidupan umat Islam jauh lebih baik. Kota Mekkah dan Madinah kemudian menjadi satu wilayah dalam satu negara Islam dan disegani oleh kerajaan di sekitanya. Menurut perspektif siyasah syar'iyyah, ternyata perjanjian Hudaibiyah menunjukkan eksposisi pemikiran Rasulullah SAW. ketika menerima perjanjiannya, memberikan gambaran jelas sebagai seorang Nabi dan Rasul, serta tugas seorang pemimpin yang berkewajiban memelihara agama agar tetap tegak. Juga mengandung segi normatif atau idealistik dari seorang Nabi dan Rasul, dan kepemimpinan tertinggi umat yang dalam tindakannya selalu dibimbing teks-teks suci al-Qur’an. Lebih dari itu juga adanya prinsip yang bersifat universal yang bersumber dari ajaran Islam agar mematuhi perjanjian yang telah dibuat bersama.

Actions (login required)

View Item