Nurhasanah J, Nurhasanah J (2010) Praktik Jual Beli Kosmetik Pemutih Kulit yang Mengandung Merkuri dan Hidroquinon (Studi Kasus di Pusat Perbelanjaan Sentra Antasari Banjarmasin). Skripsi, Syariah Dan Ekonomi Islam.

Preview	Text BAB I.pdf Download (362kB) | Preview
Preview	Text BAB IV.pdf Download (451kB) | Preview

ABSTRAK

Nurhasanah J, 2010. Praktik Jual Beli Kosmetik Pemutih Kulit yang Mengandung Merkuri dan Hidroquinon (Studi Kasus di Pusat Perbelanjaan Sentra Antasari Banjarmasin), Skripsi, Jurusan Muamalat, Fakultas Syari`ah. Pembimbing: (I) Drs. H. M. Fahmi al-Amruzi, M.Hum, (II) Dra. Hj. Rusdiyah. Penelitian ini dilatarbelakangi dari adanya Praktik Jual Beli Kosmetik Pemutih Kulit yang Mengandung Merkuri dan Hidroquinon di Pusat Perbelanjaan Sentra Antasari Banjarmasin. Kosmetik tersebut mengandung bahan berbahaya serta ilegal yang dilarang untuk diperjualbelikan dan sering dirazia, para penjual pada umumnya telah mengetahui hal tersebut namun tetap melakukan praktik jual belinya, sedangkan pembelinya banyak yang tidak mengetahui hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik jual beli, alasan dan akibat praktik jual beli kosmetik pemutih kulit tersebut di Pusat Perbelanjaan Sentra Antasari Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field research) yang bersifat studi kasus dengan meneliti sepuluh kasus praktik jual beli kosmetik pemutih kulit di Pusat Perbelanjaan Sentra Antasari Banjarmasin dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara. Data yang diperoleh diolah dengan editing, deskripsi dan matrikasi kemudian dianalisis berdasarkan hukum Islam. Dari hasil penelitian diperoleh, Pertama: pada saat praktik jual beli berlangsung penjual kosmetik memberitahukan kepada pembelinya bahwa kosmetik tersebut mengandung merkuri dan hidroquinon yang berbahaya bagi kesehatan serta ilegal (kasus V) namun ada juga penjual yang tidak memberitahukannya (kasus I,II,III,IV,VII,VIII,IX, dan X) bahkan ada penjual yang tidak jujur dalam memberitahukan hal tersebut (kasus VI). Kedua: alasan penjual melakukan praktik jual beli tersebut karena kosmetik tersebut sering dicari (kasus I,II,III,VI,VII,IX, dan X) dan banyak diminati pembeli (kasus I,II,III,IV,V dan X), keuntungannya lebih besar (kasus II,III,IV,V,VII,VIII,IX, dan X), cepat laku dijual (kasus I,V dan X) dan karena digunakan juga oleh dokter dan ahli kecantikan (kasus IX) sedangkan alasan pembeli adalah agar kulit wajah tampak putih bersih secara cepat (kasus I,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX dan X), bebas jerawat (kasus IV,IX dan X) dan flek-flek hitam (kasus I,V,VII, dan IX), mengikuti anjuran penjual (kasus II) dan karena harganya tidak terlalu mahal (kasus III,VI dan VIII). Ketiga: akibat praktik jual beli tersebut semua penjual mendapat keuntungan, sedangkan pembelinya banyak yang dirugikan dan tertipu. Berdasarkan hasil analisis, praktik jual beli kosmetik ini termasuk jual beli yang terlarang karena melanggar Pasal 44 ayat 2 UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan menteri Kesehatan RI No.445/MENKES/PER/V/1998 dan menurut tinjauan Hukum Islam hukum jual belinya haram bagi penjual yang mengetahui tetapi tidak memberitahukan bahan berbahaya yang terkandung dalam produk kosmetik Pemutih kulit tersebut.

Actions (login required)

View Item