Irawan, Denna Riscania (2023) Moderasi Beragama dan Urgensinya dalam Perspektif Tokoh Jemaat Ahmadiyah di Banjarmasin. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (120kB)
	Text AWAL.pdf Download (681kB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (123kB)
	Text BAB I.pdf Download (242kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (236kB)
	Text BAB III.pdf Download (152kB)
	Text BAB IV.pdf Download (306kB)
	Text BAB V.pdf Download (114kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (172kB)
	Text LAMPIRAN-LAMPIRAN.pdf Download (495kB)

ABSTRAK

Moderasi beragama adalah prinsip atau norma yang mengatur setiap pemeluk agama dalam tata cara bersikap dan berperilaku saat menjalani kehidupan beragama. Adapun orang yang menjalankan moderasi beragama disebut moderat. Seseorang yang moderat wajib menjunjung tinggi sikap adil, seimbang, toleran, dan musyawarah. Moderasi beragama juga berarti sikap tidak berlebihan, ekstrem, atau radikal. Saat menjalankan kehidupan beragama kita juga dituntut untuk dapat menjalankan sikap terbuka dan mampu menghormati hak beragama orang lain, sebab agama dan kepercayaan yang ada di masyarakat bentuknya sangat beragam. Moderasi beragama dianggap dapat menjadi solusi atas segala konflik keagamaan yang terjadi di Indonesia. Jemaat Ahmadiyah merupakan salah satu organisasi atau kelompok keagamaan dalam Islam yang mendapat banyak sekali tindakan kekerasan baik berupa ujaran kebencian maupun penyerangan oleh berbagai pihak yang tidak menyukai mereka. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan fatwa bahwa Jemaat Ahmadiyah adalah sesat dan berada di luar Islam. Hal ini berujung kepada pembekuan seluruh aktifitas keagamaan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran dari para tokoh Jemaat Ahmadiyah di Banjarmasin terhadap makna dari moderasi beragama dan urgensinya. Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan sosiologi. Adapun subjek yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah para tokoh dari Jemaat Ahmadiyah yang berada di Banjarmasin. Untuk mengumpulkan data yang relevan ada beberapa teknik yang digunakan, yakni wawancara, dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna dari moderasi beragama menurut perspektif tokoh Jemaat Ahmadiyah di Banjarmasin tidak jauh berbeda dan sesuai dengan makna moderasi beragama yang diungkapkan Kementerian Agama RI dalam bukunya yang berjudul “Moderasi Beragama”. Meski redaksinya berbeda namun memiliki nilai makna yang sama. Moderasi beragama dinilai sangat urgent untuk bisa diterapkan di tengah kehidupan bermasyarakat, demi terwujudnya kehidupan beragama masyarakat yang damai dan sejahtera

Actions (login required)

View Item