Isnaniah, Isnaniah (2023) Penafsiran Sa’îd H ̲ Awwâ Terhadap Ayat-Ayat Riyâ̒ dalam Kitab Al-Asâs Fî Al-Tafsîr. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.pdf Download (267kB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (446kB)
	Text AWAL.pdf Download (1MB)
	Text BAB I.pdf Download (608kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (675kB)
	Text BAB III.pdf Download (593kB)
	Text BAB IV.pdf Download (772kB)
	Text BAB V.pdf Download (381kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (392kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (610kB)

ABSTRAK

Penelitian ini berfokus kepada permasalahan tentang riyâ ̒ yang termasuk pada salah satu penyakit hati. Riyâ ̒ pada umumnya sering menyerang hati orang yang senang akan pujian. Penyakit hati ini sangatlah membahayakan keimanan seseorang karena letaknya ada pada hati dan sangatlah sulit untuk mengetahui apakah penyakit riyâ ̒ itu bersarang pada diri seseorang atau tidak. Betapa sensitifnya masalah hati ini sehingga membuat penulis ingin mengkaji lebih dalam terkait riyâ ̒ dalam pandangan salah satu tokoh sufi yang bernama Sa’îd H ̲ awwâ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna riyâ ̒ secara lebih mendalam serta mengetahui apakah ada perbedaan penafsiran Sa’îd H ̲ awwâ dengan ahli tafsir yang lain. Adapun penelitian ini memiliki jenis penelitian kepustakaan dan bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data, analisis dan kemudian diinterpretasikan. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis tematik. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Sa’îd H ̲ awwâ dalam kitabnya alAsâs Fî al-Tafsîr dengan tegas menjelaskan bahwa orang-orang riyâ ̒ termasuk kepada golongan orang-orang munafik, bahkan beliau tidak segan mengatakan kafir bagi orang yang riyâ ̒ . Hal ini dikarenakan riyâ ̒ merupakan suatu dosa besar yaitu syirik khafi yang sangat sulit dideteksi. Sa’îd H ̲ awwâ dalam karyanya kitab al-Asâs Fî al-Tafsîr menjelaskan bahwa ciri-ciri orang yang riyâ ̒ adalah orang-orang yang menunjukkan keimanannya ketika berada di tengah banyak orang, mulai dari beribadah seperti shalat, bersedekah atau berinfak dan lain sebagainya. Sedangkan ketika tidak dilihat oleh manusia semangat untuk beribadah tersebut hilang yang menjadikan mereka tidak melaksanakannya. Baik itu ibadah fardhu maupun ibadah yang sunnah. Tujuan mereka melakukan ibadah hanyalah demi kemasyhuran dan kedudukan dimata manusia. Sa’îd H ̲ awwâ juga menjelaskan bahwa riyâ ̒ akan menghilangkan semua ganjaran semua amal yang telah dilakukan. Riyâ ̒ menyebabkan amal yang dilakukan tidak akan berbuah apa-apa selain hanya kerugian yang didapatkan.

Actions (login required)

View Item