Khuzairi, Abdurrahim (2024) Makna Ghaflah Dalam Al-Qur’an (Analisis Term Lalai Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu). Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (80kB)
	Text AWAL.pdf Download (675kB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (127kB)
	Text BAB I.pdf Download (320kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (326kB)
	Text BAB III.pdf Download (463kB)
	Text BAB IV.pdf Download (634kB)
	Text BAB V.pdf Download (151kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (170kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (832kB)

ABSTRAK

Seiring perkembangan zaman, banyak term dalam Al-Qur’an yang mengalami perluasan dan perkembangan makna karena problematika umat yang juga berkembang dan berubah-ubah, tak terkecuali term lalai yang direpresentasikan oleh lafal ghaflah. Sebagai salah satu term yang dekat dengan kehidupan manusia, makna ghaflah atau makna dari kelalaian itu sendiri masih terasa kabur untuk diterangkan karena subjektifitas pemahaman setiap orang menjadikannya memiliki banyak konsepsi. Oleh karena itu, kajian mengenai bagaimana pemaknaan dan konsepsi lafal ghaflah dari sudut pandang Al-Qur’an menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Skripsi ini menawarkan jawaban atas permasalahan tersebut dengan menggunakan metode analisis-deskriptif, yaitu mendeskripsikan data-data Al�Qur'an mengenai lafal ghaflah yang ditemukan melalui ayat-ayatnya. Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu. Skripsi ini bertujuan untuk menerangkan makna ghaflah dalam Al-Qur’an secara umum dan menguraikan makna lafal tersebut dengan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu. Hasil penelitian yang dihimpun dalam skripsi ini menunjukkan bahwa lafal ghaflah dalam konteks Al-Qur'an mempunyai makna dasar lalai atau kelalaian. Kemudian makna relasional sintagmatis dari ghaflah yaitu “tidak mengawasi”, “mengabaikan”, “tidak memahami” dan “sibuk”. Sedangkan relasional paradigmatis, lafal ghaflah berantonim dengan kata al-dzikru atau “mengingat” dan bersinonim dengan kata dzahlan, nisyân, dan sahwan. Berikutnya historisitas makna lafal ghaflah, melalui studi sinkronik dan diakronik, menunjukkan bahwa pada masa sebelum turunnya Al-Qur’an, konsep yang berlaku pada kata ghaflah sama halnya dengan makna dasarnya, yaitu kelalaian. Pada masa diturunkannya Al-Qur’an, lafal ghaflah mulai mengalami perluasan makna, yaitu “tidak memahami” atau “tidak mengetahui”. Sedangkan pada masa setelah diturunkannya Al-Qur’an, konsep-konsep mengenai lafal ghaflah lebih sering dikonotasikan pada hal-hal yang negatif dalam konteks hubungan manusia dan Tuhan. Tujuan akhir dari aplikasi pendekatan semantik Toshihiko Izutsu ini berusaha untuk menghasilkan weltanschauung lafal ghaflah dalam Al-Qur’an. Adapun weltanschauung lafal ghaflah dalam Al-Qur’an berorientasi pada kebenaran yang datang dari Allah. Predikat ghaflah menunjukkan seseorang atau suatu kaum yang

Actions (login required)

View Item