Ryianoor, Ahmad Alif (2024) Sejarah Gereja Toraja dan Dinamika Sosial Jemaatnya Komplek DPR Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin Tengah (Studi Kasus Jl. Zafri Zam Zam, Kompleks DPR, Gg. V No.50, Tlk Dalam). Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

	Text PERNYATAAN ALIF.pdf Download (187kB)
	Text AWAL 1 ALIF_merged.pdf Download (1MB)
	Text ABSTRAK ALIF.pdf Download (7kB)
	Text BAB I ALIF.pdf Download (441kB)
	Text BAB II ALIF.pdf Restricted to Repository staff only Download (423kB)
	Text BAB III ALIF.pdf Download (437kB)
	Text BAB IV ALIF.pdf Download (450kB)
	Text BAB V ALIF.pdf Download (189kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA ALIF.pdf Download (517kB)
	Text LAMPIRAN ALIF.pdf Download (2MB)

ABSTRAK

Masyarakat suku toraja adalah suku yang terletak di pegunungan utara Provinsi Sulawesi Selatan, yang mana sekarang disana terletak induk dari Gereja Toraja. Arus perkembangan zaman yang membawa Suku Toraja hingga menjadi kepercayaan yang menganut agama Kristen hingga Adat dan agama suku juga sudah menyatu dan sulit dilepaskan oleh masyarakat Suku Toraja, dan juga bagaimana dinamika sosial jemaatnya. Pendirian Gereja Toraja sudah banyak di beberapa provinsi di Indonesia salah satu di Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sejarah berdirinya Gereja Toraja di Banjarmasin Jl. Zafri Zam Zam, Kompleks DPR, Gg. V No.50, Tlk Dalam. Jenis dari penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan lapangan, dengan cara terjun langsung kelapangan untuk mendapatkan data-data yang valid, adapun subjek yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah Jemaat Gereja Toraja Banjarmasin seperti pengurus, anggota dan salah satu pendiri Gereja Toraja Banjarmasin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jemaat Gereja Toraja adalah pendatang yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan serta menetap di Kalimantan Selatan di kota Banjarmasin, dan seiring berjalannya waktu mereka akhirnya memutuskan untuk mendirikan gereja mereka sendiri. Dinamika yang dijalani Jemaat Toraja sangat panjang, dalam pembangunan Gereja Toraja, hingga selesai mereka tidak mendapat penolakan dari masyrakat sekitar, mereka tetap hidup rukun. Adaptasi mereka terhadap lingkungan yang berbeda sangat cepat disebabkan mereka menikmati berbaur dengan warga sekitar, yang mengakibatkan warga sekitar menerima mereka dengan damai dan warga tidak membedakan secara diskriminatif tentang persoalan etnis, merekapun tidak memaksakan budaya mereka untuk masuk dan memang ada beberapa budaya yang tidak bisa dilaksanakan karena kondisi geografis yang tidak mendukung

Actions (login required)

View Item