Rizki, Kiki (2015) Hukum Kawin Hamil Karena Zina Menurut Ulama Muhammadiyah dan Ulama Nahdhatul Ulama di Banjarmasin. Skripsi, Syariah Dan Ekonomi Islam.

Preview	Text PERNYATAAN.pdf Download (313kB) | Preview
Preview	Text AWAL.pdf Download (919kB) | Preview
Preview	Text ABSTRAK.pdf Download (7kB) | Preview
Preview	Text BAB I.pdf Download (349kB) | Preview
Preview	Text BAB II.pdf Download (449kB) | Preview
Preview	Text BAB III.pdf Download (171kB) | Preview
Preview	Text BAB IV.pdf Download (512kB) | Preview
Preview	Text BAB V.pdf Download (369kB) | Preview
Preview	Text BAB VI.pdf Download (152kB) | Preview
Preview	Text LAMPIRAN.pdf Download (8kB) | Preview

ABSTRAK

Kiki Rizki: 2015, Hukum Kawin Hamil Karena Zina Menurut Ulama Muhammadiyah dan Ulama Nahdhatul Ulama di Banjarmasin, Skripsi, Jurusan Perbandingan Madzhab, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Pembimbing:(I) Prof. Dr. H. A. Hafiz Anshary AZ, MA, (II) Ansharullah, S.Ag, M.Fil I Begitu maraknya kawin hamil karena zina terjadi di Indonesia terutama di daerah Banjarmasin. Daerah kota besar dimana pergaulan antar lawan jenis sudah biasa dilihat. Masyarakat sekarang terutama di kota Banjarmasin sudah terbiasa apabila ada anak atau keluarga yang ternyata hamil padahal belum menikah dalam artian telah berzina, mereka hanya menutup rasa malu dari aib tersebut dengan cara mengawinkannya. Padahal di dalam Hukum Islam telah dijelaskan bahwa pelaku pezina baik muhsan maupun ghairu muhsan dikenakan hukuman hudud. Namun mereka tidak menjalankan aturan Hukum Islam tersebut. Jika mereka tahu bagaimana pandangan Ulama di Banjarmasin mengenai hal tersebut mungkin akan mengubah cara pandang mereka terhadap persoalan hamil di luar nikah atau kawin hamil karena zina. Ulama Muhammadiyah dan Ulama Nahdlatul Ulama di Banjarmasin mempunyai pendapat tersendiri mengenai masalah tersebut. Terdapat perbedaan dan persamaan pendapat di antara mereka. Bukan hanya antara Ulama Muhammadiyah dan Ulama Nahdlatul Ulama di Banjarmsin namun antara Ulama Muhmmadiyah di Banjarmasin itu sendiri juga berbeda pendapat dalam menentukan hukumnya dan masalah yang berkaitan dengan hal itu begitu juga dengan Ulama Nahdlatul Ulama. Persamaan dan perbedaan pendapat di antara Ulama dua Organisasi tersebut. Persamaan dan perbedaan itu baik dari segi ketidakbolehan dan kebolehan hukum kawin hamil, dasar hukum atau landasan yang dipakai dalam menentukan hukum itu serta nasab anak tersebut. Akhir dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Ulama Muhammadiyah lebih memperhatikan kemurnian nasab yang dikandung wanita hamil dibanding dengan Ulama Nahdlatul Ulama di Banjarmasin yang membolehkan wanita hamil kawin dengan laki-laki yang bukan menghamilinya. Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif yaitu mendeskripsikan data yang didapat dari hasil wawancara dengan Ulama Muhammadiyah dan Ulama Nahdlatul Ulama di Banjarmasin lalu di analisis secara komparatif.

Actions (login required)

View Item