Syaukani, Muhammad (2015) Tahfizh Al-Qur’an Untuk Anak-Anak Di Pondok Pesantren Al-Anshari. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.

Preview	Text BAB I.pdf Download (317kB) | Preview
Preview	Text BAB III.pdf Download (683kB) | Preview

ABSTRAK

Muhammad Syaukani 1101421145, Tahfizh Al-Qur’an Untuk Anak-Anak Di Pondok Pesantren Al-Anshari.” Pembimbing Prof. Dr. Abdullah Karim, M. Ag dan H. Ibnu Arabi, M. Fil. I. 2015 Kata kunci: Tahfizh, Anak-anak, Pondok Pesantren Masalah ini diangkat, karena kebanyakan pondok pesantren tahfizh Al-Qur’an yang kita ketahui di Kalimantan Selatan santrinya adalah para remaja atau orang dewasa. Di Banjarmasin ada sebuah pondok pesantren tahfizh Al-Qur’an yang santrinya adalah anak-anak belia, berusia antara 5-10 tahun. Oleh karena itu perlu diadakan sebuah penelitian terhadap pesantren yang tidak biasa tersebut. Permasalahan yang diangkat adalah; (1) Mengapa pondok pesantren al-Anshari memilih santri yang masih anak-anak untuk dibina menghafal Al-Qur’an? (2) Bagaimana cara ustadz/ustadzah dalam membimbing anak-anak menghafal Al-Qur’an dan bagaimana cara anak-anak menghafal Al-Qur’an? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendapatkan gambaran tentang, alasan pondok pesantren al-Anshari menjadikan anak-anak untuk dibimbing menghafal Al-Qur’an. (2) Cara ustadz/ustadzah membimbing anak-anak menghafal Al-Qur’an dan cara anak-anak menghafal Al-Qur’an. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan fenomenologis. Data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumenter. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Setelah dilakukan penelitian dan analisis terhadap data-data yang didapat, maka ditemukan penjelasan mengenai pendiri pondok pesantren al-Anshari, menjadikan anak-anak sebagai santri dipondoknya. Alasannya adalah karena anak-anak itu istimewa, seperti lembaran kertas putih yang siap diisi apa saja termasuk menghafal Al-Qur’an, dan diusia emas anak ini menjadikan mereka mudah menyerap dan meniru sesuatu yang diajarkan kepada mereka. Lalu cara ustadz/ustadzah membimbing anak-anak menghafal Al-Qur’an dengan menggabungkan metode simâ’iy dan jama’. Metode sima’i yang dipakai adalah dengan talqin. Aplikasinya yaitu dengan cara, ustadz mentalqinkan (membacakan) ayat yang akan dihafal, kemudian santri yang telah dibagi dalam kelompok tertentu dengan seorang guru pembimbing mengikuti bacaan tersebut bersama-sama, sebanyak 20 kali, sampai semua santri hafal. Cara santri dalam menghafal adalah, bagi yang sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan cara membaca ayat yang akan dihafal berulang-ulang dengan melihat mushaf. Sedangkan bagi santri yang belum pandai membaca Al-Qur’an, mereka akan meminta bantuan guru untuk membacakan ayat yang ingin mereka hafal, dan mereka mengikuti bacaan guru tersebut, dan diulang-ulangnya hingga hafal.

Actions (login required)

View Item