Wati, Arpila (2014) Penguasaan Harta Warisan Oleh Anak Perempuan Terhadap Cucu Laki-laki (Studi Kasus di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara). Skripsi, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam.

Preview	Text Bab I.pdf Download (172kB) | Preview
Preview	Text Bab IV - V.pdf Download (202kB) | Preview

ABSTRAK

ARPILA WATI. 2014. Penguasaan Harta Warisan Oleh Anak Perempuan Terhadap Cucu Laki-laki (Studi Kasus di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara). Skripsi, Jurusan Akhwal Al-Syakhshiyah (Hukum Keluarga). Fakultas Syari’ah. Pembimbing : (I) Dr. H. M. Fahmi Al-Amruzi, M. Hum, (II) Hj. Inawati M. Jainie J, Lc, M.A Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya suatu kasus penguasaan harta warisan oleh seorang anak perempuan terhadap cucu laki-laki dari anak laki-laki pewaris yang meninggal lebih dahulu daripada ayahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya penguasaan harta warisan dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penguasaan harta warisan yang dilakukan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris berupa penelitian lapangan (field research) yang bersifat studi kasus. Untuk memperoleh datanya dilakukan dengan observasi ke lapangan dan menggunakan teknik wawancara tak berstruktur. Selanjutnya data diolah dengan teknik editing, kemudian dianalisis secara kualitatif berdasarkan hukum Islam, sehingga diperoleh kesimpulan hukumnya. Dari hasil penelitian diperoleh sebuah kasus yaitu adanya penguasaan harta warisan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara. Faktor yang menyebabkan anak perempuan pewaris menguasai seluruh harta peninggalan ayahnya yaitu karena lemahnya pengetahuan para ahli waris tentang kewarisan, adanya pendapat seorang ulama yang mengatakan bahwa cucu laki-laki yang orang tuanya meninggal lebih dulu hanya mendapatkan harta warisan dengan jalan hibbah, serta ketakutan cucu lakilaki tersebut untuk melawan anak pewaris sehingga mengakibatkan ia hanya pasrah menerima perlakuan anak perempuan pewaris. Dalama tinjauan hukum Islam, anak perempuan pewaris disebut sebagai ashabul furudh, Ia memperoleh ½ harta karena sendirian dan cucu laki-laki dari anak laki-laki pewaris disebut sebagai ashabah bi nafsih, yaitu kerabat laki-laki terdekat dengan si pewaris dan ia memperoleh seluruh bagian sisa harta dari anak perempuan. Menurut analisis penulis penguasaan harta warisan tersebut tidak dibenarkan dalam hukum Islam karena tindakan tersebut termasuk perbuatan bathil, yaitu memakan harta yang bukan haknya. Karena dalam hukum Islam anak perempuan dan cucu pewaris tersebut sama-sama mendapat setengah bagian. Sesungguhnya kasus ini dapat di ajukan ke Pengadilan Agama. Jika Pengadilan Agama menggunakan Kompilasi Hukum Islam maka bagian untuk cucu laki-laki dan anak perempuan tersebut bisa mendapatkan bagian 2 : 1.

Actions (login required)

View Item