Alfiannoor, Imam (2024) Fikih Sungai dan Kearifan Lokal (Studi tentang Pemanfaatan Sungai di Kalimantan Selatan). Disertasi, Pascasarjana.

	Text Pernyataan Keaslian Tulisan.pdf Download (259kB)
	Text Bagian Awal.pdf Download (2MB)
	Text Abstrak.pdf Download (312kB)
	Text Bab I.pdf Download (356kB)
	Text Bab II.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB)
	Text Bab III.pdf Download (119kB)
	Text Bab IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB)
	Text Bab V.pdf Download (47kB)
	Text Daftar Pustaka.pdf Download (266kB)
	Text Lampiran.pdf Download (4MB)

ABSTRAK

Krisis ekologi menjadi isu utama dalam peradaban manusia saat ini (Abad ke-21), tidak terkecuali yang dialami oleh lingkungan sungai di Kalimantan Selatan. Masyarakat Kalimantan Selatan yang mayoritas muslim umumnya tidak mempermasalahkan air sungai yang digunakan sebagai alat bersuci dan sumber air minum padahal pada kawasan tertentu tingkat pencemarannya relatif tinggi dan sangat membahayakan kesehatan manusia. Selain masalah pencemaran sungai, lahan pemukiman penduduk di bantaran sungai ternyata tidak memiliki sertifikat hak milik, namun mereka mendiami kawasan tersebut turun temurun dan dalam jangka waktu yang realtif sangat lama. Sedangkan dalam perspektif fikih, keberadaan bangunan di sepanjang bantaran diharamkan karena dapat menghilangkan fungsi sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menilai bentuk kearifan lokal dalam pemanfaatan sungai oleh masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan; dan mengembangkan kaidah fikih pada konteks kemaslahatan berdasarkan pertimbangan kearifan lokal. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan pendekatan normatif sosiologis dan antropologis. Subyek penelitian ini adalah masyarakat Banjar Kalimantan Selatan yang bermukim di bantaran sungai atau di daerah aliran sungai yang kesehariannya banyak memanfaatkan keberadaan sungai. Sedangkan objek penelitian ini adalah pemanfaatan sungai oleh masyarakat Kalimantan Selatan yang bermukim di bantaran sungai dalam kajian fikih. Lokasi penelitian dikelompokkan dalam dua jenis sungai yaitu yang merepresentasikan bantaran sungai-sungai alami (sepanjang sungai Barito, Martapura dan Negara) dan sungai-sungai buatan (handil di desa Rumpiang Kabupaten Banjar dan handil di desa Sungai Punggu Lama dan desa Sungai Punggu Baru Kabupaten Barito Kuala). Hasil penelitian ini menemukan bahwa masyarakat Kalimantan Selatan telah memanfaatkan sungainya sebagai tempat MCK (Mandi-Cuci-Kakus), navigasi pelayaran, lokasi pelabuhan/dermaga kapal, kegiatan jual beli, lokasi pencaharian nelayan, tempat budidaya ikan tawar, irigasi, drainase, tempat wisata, lokasi bangunan, dan media pengobatan serta mengambil keberkahan. Dalam kajian fikih melalui penalaran deduktif dan induktif, pemanfaatan sungai yang diharamkan atau dilarang untuk dilakukan bila pemanfaatannya bertentangan dengan doktrin hukum Islam dan menimbulkan mudharat atau bahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Dihukumkan makruh bila tidak ada dalil keharaman mutlak atas pemanfaatannya, dampak kerusakan yang ditimbulkan relatif kecil dan masih terdapat kemaslahatan di dalam pemanfaatan tersebut. Kegiatan pemanfaatan sungai yang boleh dilakukan atau bahkan dianjurkan adalah bila kegiatan itu bukan urf fasid dan terdapat kemaslahatan yang kongrit walaupun berdasarkan pertimbangan kearifan lokal masyarakat setempat yang masih relevan dengan kebutuhan hidup masa kini. Setiap muslim wajib menjaga dan memelihara kebersihan sungai, baik dalam konteks hukum wajib ‘ain maupun wajib kifayah. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan awal dalam perumusan indikator tingkat ekologis suatu kawasan.

Actions (login required)

View Item