Noorlizah, Noorlizah (2020) Analisis Pengembangan Usaha Pedagang Kawasan Wisata Kuliner Baiman Banjarmasin. Skripsi, Ekonomi dan Bisnis Islam.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (76kB)
	Text AWAL.pdf Download (1MB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (9kB)
	Text BAB I.pdf Download (558kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (665kB)
	Text BAB III.pdf Download (233kB)
	Text BAB IV.pdf Download (705kB)
	Text BAB V.pdf Download (196kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (320kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (9MB)

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari berita yang menyebutkan banyaknya pedagang yang bangkrut di Kawasan Wisata Kuliner Baiman, setahun setelah peresmiannya. Jumlah yang bangkrut mencapai 27 pedagang, atau hampir setengah dari jumlah pedagang saat diresmikan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi, dan menemukan sejumlah pedagang yang masih sangat banyak pelanggannya. Tetapi ada pula pedagang yang dirasa sangat sepi dari pengunjung. Peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang bagaimana cara pengembangan usaha yang dilakukan pedagang. Selain itu, juga ingin mengetahui kendala yang dialami oleh para pedagang Kawasan Wisata Kuliner Baiman. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan metode kualitatif. Mengambil lokasi pada Kawasan Wisata Kuliner Baiman Jalan Lingkar Dalam Selatan. Penelitian ini juga akan dibantu dari data primer dan sekunder untuk mendukung analisisnya. Pengumpulan data berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Penelitian ini menghasilkan temuan: Pertama, pengembangan usaha dilakukan dengan cara: memberikan pelayanan yang ramah (Informan 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8), menjaga kualitas makanan dan tempat (Informan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8), promosi lewat media sosial (Informan 1, 3, 5, dan 7), kerjasama dengan ojek daring (Informan 1, 2, 3, 4, 7, dan 8), membuat variasi dan ketersediaan menu (Informan 1, 2, 5, dan 6), dan menambahkan fasilitas-fasilitas di lapak mereka (Informan 1, 4, 6, dan 8). Kedua, kendala yang dihadapi: modal yang terbatas (Informan 1, 4, dan 8), harga bahan baku yang tinggi (Informan 3, 4, 7, dan 8), kurangnya dukungan pengelola/pemerintah (Informan 8), menu yang sama dan terkumpulnya dengan pedagang lain (Informan 2 dan 6), lokasi, fasilitas KWK dan tata letak lapak (Informan 6 dan 8), dan ruang lapak yang sempit (Informan 7 dan 8).

Actions (login required)

View Item