Azra, Muhammad Rafly Noor (2022) Batas Usia Anak Yang Wajib Dinafkahi (Studi Komparatif Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia). Skripsi, Syariah.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (203kB)
	Text AWAL.pdf Download (1MB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (271kB)
	Text BAB I.pdf Download (849kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (691kB)
	Text BAB III.pdf Download (673kB)
	Text BAB IV.pdf Download (251kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (387kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (1MB)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan perspektif mengenai permasalahan batas usia nafkah anak antara hukum positif dan hukum Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara hukum positif dan hukum Islam juga membandingkan diantara dua sumber hukum tersebut yang mana lebih relevan terhadap masyarakat Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang kemudian dianalisis dengan teknik analisis komparasi dan analisis isi (analysis content). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perspektif hukum positif terhadap permasalahan batas usia nafkah anak menggunakan batasan yaitu kondisi kawin dan kondisi dapat berdiri sendiri. sementara dari hukum Islam yaitu pendapat Imam Syafi’i menyatakan bahwa batas yang digunakan adalah kondisi balig dengan syarat tidak ada cacat dan anak tersebut mempunyai harta yang cukup untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan ditambahkan oleh Imam Zainuddin alMalibari syarat-syarat lain seperti tidak murtad, bukan kafir ḥarbi, tidak melakukan zina muḥṣan dan tidak meninggalkan sholat.hal ini kurang lebih senada dengan mazhab lain yang mensyaratkan ketidakmampuan anak dalam menafkahi dirnya sendiri. selain batasan dalam bentuk kondisi, secara tidak langsung hukum Islam juga menggunakan batasan dalam bentuk usia karena adanya syarat keadaan balig tersebut. Pada mazhab Syafi’i dan Hambali ketentuan usia balig adalah 15 tahun dan mazhab Hanafi untuk laki-laki 18 tahun dan perempuan 17 tahun. Selanjutnya, berdasarkan dua perspektif tersebut, penulis menyatakan bahwa perspektif dari hukum positif lebih relevan terhadap masyarakat Indonesia daripada perspektif dari hukum Islam dikarenakan kondisi anak-anak di Indonesia hingga berumur 18-19 difokuskan untuk menempuh pendidikan yang kemudian dapat dilanjutkan dengan bekerja atau kembali menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi.

Actions (login required)

View Item