Abduh, Muhamad Rahmani (2022) Praktik Sanda dan Bakakarun dalam Perspektif Fikih Muamalah. Tesis, Pascasarjana.

	Text PERNYATAAN.pdf Download (204kB)
	Text AWAL.pdf Download (1MB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (76kB)
	Text BAB I.pdf Download (336kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (530kB)
	Text BAB III.pdf Download (178kB)
	Text BAB IV.pdf Download (909kB)
	Text BAB V.pdf Download (151kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (261kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Download (1MB)

ABSTRAK

Sebagai salah satu mata pencaharian utama orang Banjar, aktivitas bahuma tentunya tidak terlepas dari berbagai adat istiadat dan kearifan lokal yang ada. Misalnya dalam hal muamalah, dimana aktivitas bahuma yang dilakukan orang Banjar kerap dihiasi transaksi muamalah seperti sanda dan bakakarun. Namun, dalam praktiknya kedua transaksi muamalah tadi terkesan kurang sesuai atau bahkan justru bertentangan dengan ketentuan hukum Islam yang selama ini merupakan ciri khas sekaligus identitas bagi orang Banjar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya praktik sanda dan praktik bakakarun yang dilakukan orang Banjar, baik dari perspektif masyarakat Islam dan ulama Banjar maupun dari perspektif hukum Islam yang dalam hal ini merupakan ranah kajian fikih muamalah. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris (socio-legal research) dengan pendekatan kualitatif deskriptif dan mengambil tempat di tiga desa di Kabupaten Barito Kuala, yaitu Desa Sinar Baru, Desa Simpang Arja, dan Desa Sungai Gampa Asahi. Sumber data penelitian ini adalah para petani dan ulama Banjar di lokasi penelitian terkait guna memperoleh data terkait praktik sanda dan bakakarun yang dilakukan orang Banjar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perspektif masyarakat Islam dan ulama Banjar, praktik sanda digambarkan sebagai jaminan dalam utang-piutang (rahn) sementara praktik bakakarun digambarkan sebagai kerjasama penggarapan lahan dengan cara bagi hasil (mukhâbarah). Dalam perspektif fikih muamalah, secara umum praktik sanda yang dilakukan orang Banjar sudah sesuai dengan ketentuan rahn baik dari segi akad, rukun, maupun syarat. Namun terdapat dua masalah yang kurang sesuai dengan ketentuan fikih muamalah (khususnya jika mengikuti pendapat mazhab Syafi’i yang dianut mayoritas masyarakat Banjar), yakni pertama tanah sanda yang digarap oleh pihak yang menyandai dan kedua tanah sanda yang diambil alih oleh pihak yang menyandai ketika pihak yang menyandakan tidak mampu membayar utangnya tepat waktu. Adapun praktik bakakarun yang dilakukan orang Banjar juga sudah sesuai dengan ketentuan mukhâbarah baik dari segi akad, rukun, maupun syarat. Namun terdapat masalah dalam hal zakat, yakni tidak dilakukannya khulthah (pencampuran) dalam perhitungan nisab zakat hasil kakarun.

Actions (login required)

View Item